![]() |
Credit: Beyondhollywood.com |
"THE CONJURING" produksi Warner Bros hadir di tengah-tengah banyaknya film horor supranatural. Booming genre film ini meledak berkat film dengan bujet rendah, yaitu "PARANORMAL ACTIVITY", yang berhasil menciptakan kengerian sempurna. Empat seri film ini sukses meraup pendapatan sebanyak 700 juta dolar AS di seluruh dunia, semenjak Paramount Pictures dari Viacom mendistribusikannya kali pertama pada 2007.
Chad dan Carey Hayes (penulis skenario) mengatakan jika "THE CONJURING" menawarkan hal yang berbeda dengan mengisahkan cerita dari sudut pandang sang cenayang daripada keluarga Perron di Harrisville yang mengalami kejadian aneh itu. "Banyak cerita hantu bermula dari minivan berisi sekeluarga penuh, kemudian keluarga itu masuk rumah, lalu berakhir dengan memanggil polisi atau profesional. Nah, kami ingin melihat apa yang menarik di mata profesional itu," kata Hayes bersaudara memberi penjelasan kepada wartawan.
FARMIGA sendiri mengatakan walaupun film ini berfokus pada horor, tapi dia melihatnya sebagai cerita cinta pasangan Warren. Kali pertama FARMIGA membintangi film horor dengan memainkan peran seorang ibu dalam film "JOSHUA" (1997), "ORPHAN" (2009), "BATES MOTEL", kemudian "THE CONJURING" (2013). Benang merah yang dapat ditarik oleh artis ini adalah dalam sema film horor-nya, FARMIGA selalu memerankan tokoh ibu.
Mood horor FARMIGA terbentuk ketika membintangi "BATES MOTEL" yang berkisah pembunuh gila bernama Norman Bates. Di mana FARMIGA memerankan Norma, ibu galak si tokoh Norman. Dia mengaku makin menjiwa tema-tema "kesehatan mental" selepas membintanginya. Untuk itu, FARMIGA masuk dalam nominasi Emmy tahun ini atas perannya di film "BATES MOTEL". "Tak ada hal yang lebih memuaskan ketimbang penerimaan positif dan itu senantiasa senang mendengar tepuk tangan dan sambutan," kata sang artis.[]
0 comments:
Post a Comment